Kamis, 06 Desember 2012

sejarah psm makassar



Tanggal 2 November 1915 saat itu Hindia Belanda menjadikan Makassar sebagai pusat pemerintahan di Indonesia Timur. Istana Hindia Belanda saat itu terletak di Jalan Jendral Sudirman atau yang saat ini di sebuat sebagai Gubernuran Sulawesi-Selatan. Saat itu, Makassar terkenal dengan nama Bandar Makassar, pusat pelabuhan Indonesia. Berbagai kapal asing menjadikan Bandar Makassar sebagai pusat pelayaran bagi mereka, sementara untuk kapal-kapal domestic menjadikan Bandar Makassar sebagai tempat persinggahan untuk menjual segala rempah-rempah dan hasil bumi mereka ke kapal-kapal asing.

Kegiatan yang bertaraf internasional itulah ikut pula mempengaruhi masyarakat Makassar mengenal olah raga masyarakat yang sangat digandrungi oleh dunia. Yakni, sepak bola. Maka, tepatnya 2 November 1915 resmi berdiri sebuah club sepak bola di Makassar bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Para pemain di club ini adalah gabungan dari putra dari jajaran elit Belanda dan pribumi Makassar Indonesia. Saat itu, dua pemain MVB yang sangat terkenal yakni Sagi dan Sangkala.Kiprah MVB pun menjadi pembicaraan hangat hingga ke luar negeri. Beberapakali MVB mendapat undangan dari luar negeri untuk sebuah pertandingan persahabatan.


Tahun 1926 – 1940 merupakan masa keemasan bagi club MVB. Apalagi saat itu, sejumlah club sepak bola terbentuk di berbagai wilayah seperti di Sumatra, Kalimantan dan Bali hingga pulau Jawa. Sangkala, yang saat itu pemain handal MVB juga mencatatkan diri sebagai promotor pertama club binaan Hindia Belanda ini. Sejumlah club di Indonesia mengundang club MVB untuk pertandingan persahaatan dan resmi. Saat itu, kemenangan demi kemenangan di raih oleh Sangkala dan kawan-kawan. Club ini pun menjadi club yang disegani sepanjang pemerintahan Hindia Belanda masih berkuasa di Indonesia.

Pada tahun 1942, saat Jepang mulai memasuki Indonesia hingga ke Makassar club MVB mandeg. Tak ada lagi pertandingan dan perkumpulan yang ‘berbau’ bahasa Belanda. Semua bentuk yang berbau Belanda dilengyapkan termasuk Makassar Voetball Bond. Peraturan dari Jepang ini pun dimanpaatkan oleh putra-putra Makassar yang langsung merubah nama Makassar Voetball Bond menjadi Persatuan Sepakbola Makassar yang kini dikenal PSM. Jepang yang menduduki Indonesia selama 3 tahun tidak menciutkan nyali putra-putra PSM untuk latihan dan membesarkan nama PSM. Bahkan saat itu, berbagai club-club local lahir dan berada di bawah bendera PSM Makassar. Meski berada di bawah tekanan Jepang, roda kompetesi PSM mulai berjalan.

Hingga akhirnya Jepang meninggalkan Indonesia pada tahun 1945. Seiring itu pulalah, PSM Makassar makin bersinar sebagai club tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Karena PSM merupakan tim pertama di Indonesia, maka persiapan sebagai pemain sepak bola pun tidak diragukan lagi. PSSI yang terbentuk pada tahun 1930, memanggil sejumlah pemain terkenal.


PSM untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia. Dan yang paling terkenal adalah Ramang, pemain PSM yang menjadi legenda sepak bola Indonesia. Tahun 1950, PSM kerapkali bertandang ke pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatra. PSM sebagai club tertua menjadi roh bagi puyra-putra kawasan lain untuk membentuk club sepak bola hingga kemudian lahirlah kompetisi perserikatan di PSSI.

Tahun 1957 ketika Final Perserikatan yang mempertemukan antara PSM Makassar Vs PSMs Medan. Di situlah PSM menjadi juara untuk pertamakalinya sebagai club di bawah payung PSSI. PSM pun menjadi buah bibir, seolah PSM adalah Timnasnya Indonesia saat itu. PSM adalah club elit saat itu. Berturut-turut PSM meraih juara perserikatan pada tahun 1959, 1965, 1966, dan 1992.

Sementara itu level Internasional, PSM Makassar tercatat sebanyak dua kali mewakili Indonesia di laga Liga Champions Asia. PSM merupakan club yang stabil hingga saat ini. Bahkan PSM Makassar pernah menjadikan Makassar sebagai tuan rumah Perempat Final Liga Champions Asia, di mana saat itu untuk pertamakalinya Indonesia menadi tuan rumah Perempat Final LCA yang menghadirkan club dari Jepang, China dan Korea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar